Sinopsis
Di suatu siang yang terik, Li Jian Jian dan Li Hai Chao kedatangan tetangga baru. Mereka tinggal satu unit di atas kediaman kedua anak dan ayah ini. Keluarga tersebut memiliki seorang anak laki-laki yang bernama Ling Xiao. Li Jian Jian yang tak memiliki kakak laki-laki langsung menyukai anak tersebut. Namun sayangnya, perasaan Jian Jian tidak disambut baik oleh Ling Xiao, karena ia baru saja kehilangan adik perempuannya. Hal ini tidak dapat mematahkan semangat Jian Jian, dengan sabar ia mendekati Ling Xiao hingga anak laki-laki itu pun membiarkan Jian Jian masuk ke kehidupannya.
Di lain sisi, Hai Chao yang sudah setahun lebih menduda diperkenalkan dengan seorang wanita oleh tetangganya. Relasi singkat itu berakhir dengan si wanita yang menitipkan anak laki-lakinya yang bernama Zi Qiu kepada Hai Chao. Awalnya, Jian Jian tidak menyukai anak laki-laki tersebut karena ia tidak mau memiliki ibu tiri, namun berkat kebaikan dan kesabaran Zi Qiu, ia akhirnya berhasil meruntuhkan dinding pertahanan Jian Jian.
Seiring dengan berjalannya waktu, keadaan keluarga Ling Xiao semakin memburuk, kedua orang tuanya akhirnya bercerai sementara ibu Zi Qiu yang berjanji akan menjemputnya bilamana urusannya telah selesai, tak kunjung datang. Akhirnya, ketiga anak tersebut tumbuh tanpa sosok ibu dan dibesarkan oleh 2 orang ayah. Mereka tumbuh bersama layaknya sebuah keluarga walaupun sebenarnya tidak ada hubungan darah sama sekali.
Review
Bagi gue, drama ini di bagi dalam 2 part. Part pertama (10 episode pertama) lebih fokus ke masalah keluarga, gimana anak-anak yang gak ada hubungan darah sama sekali ini saling sayang layaknya keluarga pada umumnya sementara part kedua lebih fokus ke gimana anak-anak ini yang sekarang udah tumbuh dewasa ngadepin masalah orang-orang dewasa.
- Part 1
Di part ini diliatin gimana harmonisnya keluarga 3 anak dan 2 bapak ini. They love and care for each other. Kalo ada masalah pasti pada cerita dan cari solusinya sama-sama. Gue paling suka sama part ini. Scene-scene keluarga mereka bener-bener heartwarming banget, wish they make it more than 10 episodes. Selain itu, gue juga suka sama scene-scene mereka pas waktu kecil. Too bad it's just two episodes. Their younger self really adorable and the child actors really did their job well so it's a pleasant things to see their younger self. Gue sebenernya pengen liat gimana bapak-bapak ini negebesarin tiga anak sekaligus, bukan hal yang mudah dong, ribet banget pastinya, tapi sayangnya gak dikasih liat, 2 episode and then suddenly mereka udah SMA. Ah...agak kecewa sih sebenernya, kek ada yang kurang gitu lah pokoknya.
Keluarga bukan hanya mereka yang berhubungan darah |
- Part 2
kisah 5 anak muda yang relatable banget buat milenials |
Di part ini lebih fokus ke anak-anak usia 20an yang harus menghadapi berbagai permasalahan hidup. Selain Ling Xiao, Jian Jian dan Zi Qiu yang udah jadi grown up, ada penambahan beberapa karakter yang menghadapi masalah yang berbeda-beda. Masalah yang sebenernya relatable banget buat anak-anak usia 20an kayak anak-anak yang ngerantau buat nyari duit, whenever their parents called, pasti jawabnya 'ya semua baik-baik aja kok. Oh kerjaan? Iya gak ada masalah. Iya, iya udah makan kok ini' padahal mah enggak. Gak lagi baik-baik aja. Kerjaan? Tadi habis kena marah, i am thinking about quiting. Makan? Gak ada selera sama sekali. Tapi karena gak mau bikin orang tua di rumah cemas, they didn't tell anything.
Selain berbagai masalah di perantauan, ada pula orang tua yang ngedesak anaknya untuk coba ikut ujian PNS meskipun anaknya udah punya pekerjaan, alasannya? Karena PNS bring stability, masa depan pasti terjamin. Semua orang tua pasti ingin anaknya punya kehidupan yang stabil, gak usah susah-susah nyari uang baik di masa sekarang ataupun di masa depan nanti.
Ngomongin masa depan, tentunya gak luput dari yang namanya investasi, ada yang berupa uang dan ada pula yang berinvestasi di bangunan, kayak yang direfleksikan dari karakter ibunya Ming Yue, anaknya belum nikah, mamanya udah mikirin rumah masa depan.
Selain masalah-masalah di atas, masih ada lagi masalah yang relatable bagi anak umur 20an. Apalagi kalo bukan masalah nyari pekerjaan. Nyari kerja bukan hal yang mudah. Banyak proses yang harus dilalui, ada yang diterima, ada yang karna capek akhirnya diriin usaha sendiri yang penghasilannya gak seberapa dan seringkali dipandang sebelah mata sama orang-orang sekitar. Peliknya masalah hidup ini tergambar dari karakter Tang Can. Tang Can punya kerjaan cuman orang lain gak mandang itu sebagai pekerjaan, mamanya sendiri aja malu untuk nyebutin pekerjaan anaknya dan lebih milih bohong ke keluarga besarnya. Hal ini dampaknya kurang baik ke keadaan mentalnya Tang Can. She feels worthless, rendah diri, emosi gak karu-karuan dan ngerasa iri sama temen yang udah punya kerjaan yang jauh lebih baik kayak Ming Yue dan Jian Jian. Perasaan iri ini yang akhirnya ignite pertengkaran di antara mereka, she said things that she didn't mean. Para jobseeker pasti bisa relate sama keadaannya Tang Can.
Kalau Tang Can bikin para jobseeker relate banget, Zi Qiu bikin para wirausahawan relate banget. Bangun usaha bukan perkara yang mudah, ada kalanya pengunjung sepi yang bikin pemasukan menurun, meskipun begitu gaji karyawan mesti tetep dibayar, sewa gedung juga masih harus dibayar. In short; besar pasak daripada tiang, ujung-ujungnya pinjam duit di bank. Udah usaha lesu, pemasukan menurun sekarang ditambah hutang, wirausahawan mesti mutar otak biar bisa tetep berbisnis. Ada yang ngadain promo, ada yang ngasih diskon, ada pula yang nyari kerjaan lain buat nambahin modal usaha kayak yang Zi Qiu lakuin. Pagi sampai siang dia ngelola kafenya, sore sampai jam 10 malam dia kerja di hotel.
Ngomongin masalah anak-anak 20an tentunya gak bisa lepas dari masalah percintaan. Drama ini dengan baik deliver ungkapan 'ada yang suka, kitanya gak suka, kita suka, dianya gak suka' hal ini tergambar jelas dari drama cinta segiempatnya beberapa karakter di drama ini. Tang Can suka Zhuang Bei, Zhuang Bei malah suka sama Ming Yue yang naksir sama Ling Xiao yang seluruh hatinya cuman buat Jian Jian. Ribet banget kan ya?
Selain cinta segiempat yang ribet, drama ini juga mengangkat masalah toxic relationship yang bisa diliat dari hubungan Du Juan dan pacarnya. Let's say Du Juan is a provider cause she gave everything to her boyfriend, mulai dari uang sampai cinta dan kasih sayang yang berlimpah. Tapi apakah itu dibalas setimpal? Oh tentu saja tidak. Bukannya mengapresiasi effort nya Du Juan, pacarnya yang gak ada akhlak ini malah pergi ke kencan buta, kerjaan juga dilakuin setengah hati, sekarang malah mau ngancurin persahabatan dan hubungan kerja Du Juan sama Jian Jian. Take a long time for Du Juan to break things off, bahkan setelah semua orang bilang kalo hubungan mereka itu gak sehat tapi Du Juan selalu ngebela pacarnya dan bilang kalo dia sayang banget sama pacarnya dan mencoba untuk memaklumi semua tingkah laku kurang ajar pacarnya ini. Sama persis kayak tingkah laku yang kerap dilakukan orang-orang dalam hubungan toksik.
Untuk keluar dari hubungan toksik emang gak mudah, Du Juan adalah contohnya, tapi tetap bertahan di hubungan toksik juga gak kalah berbahayanya, it ruins you. It ruin your mental health, it ruins your relationship with others, too. Siapapun yang lagi dalam toxic relationship sekarang, hope you are able to break things off, soon.
Review part sekian...
Dramanya bagus, bener-bener gambarin apa yang terjadi di dunia nyata. Selain struggle anak-anak 20an masih banyak lagi hal relatable yang digambarin di drama ini contohnya kayak gimana tetangga-tetangga suka put their nose on someone else's business, atau kayak gimana family gathering dijadiin ajang pamer sampai bapak bapak yang gak terlalu pandai ngungkapin perasaannya, sebenernya mereka peduli, mereka sayang sama anaknya tapi gak tau cara ngungkapinnya gimana kayak yang dialami bapaknya Ling Xiao. Trus masih ada lagi perbedaan anak-anak yang tumbuh di kota dan di desa. Ketika anak-anak di kota bisa sekolah sampai kuliah, anak-anak di desa udah harus kerja sejak usia dini untuk mencukupi kebutuhan keluarga kayak yang terlihat di keluarga tantenya Zi Qiu bahkan Zi Qiu sendiri pun juga begitu, kalau aja Hai Chao gak bawa Zi Qiu balik ke Xianmen, dia pasti udah sibuk ngelola sawah dan bebek-bebek punya keluarga tantenya. Like i said, dramanya bener-bener gambarin apa yang terjadi di dunia nyata.
Selain cerita yang relatable, nilai plus drama ini dateng dari OSTnya. They play different OST depend on the situation. Kalo lagi bahas masalah keluarga lagu yang diputar pasti "Goodbye, goodbye my children" lagu yang bikin nangis karena liriknya sedih banget 😠Nah, ntar kalo bahas masalah percintaan, OSTnya beda lagi. Gue sebagai penonton, sangat puas dengan OSTnya.
Dari semua kelebihan drama ini, masih ada beberapa hal yang bikin gue kurang puas.
Pertama, dari segi climax. To be honest, i can't find where the climax is. Tiap episode pasti ada masalah, ntar kalo udah selesai pasti ada masalah baru lagi. Not too mention, there are many characters with different problems. So..if we are talking about climax, it's a little bit difficult to decide where/when the climax happen unless we are talking about each character's story. They have their own climax, take Ming Yue for example. Selama hidupnya, Ming Yue selalu hidup menuruti kehendak ibunya, pas ibunya nyuruh dia buat berenti kerja dan belajar buat ujian PNS, she can't take it anymore, she speak her mind, she rebels against her mother, which can be take as climax. Jadi, ceritanya gak ada climax secara keseluruhan cuman ada climax dari masing-masih cerita tokoh. Gue agak kurang puas sih ama hal ini.
Kedua, mereka gak terlalu membahas masalah mental health. Ling Xiao jelas-jelas gak dalam kondisi mental yang baik, bahkan dokter tradisional bilang kalau dia mungkin kena depresi dan nyaranin buat ke psikiater tapi bapaknya malah bilang "ngapain ke psikiater, anak gue gak gila" Ini sebenernya kesempatan yang bagus untuk tackle that stigma, mereka bisa bikin bapaknya nemenin Ling Xiao ke psikiater biar para orang tua di luar sana melek masalah kesehatan mental dan ke psikiater gak berarti orang itu gila. Too bad they miss such oppurtunity. Trus kekecewaan gue diperparah dengan masalah Ling Xiao yang gak dibahas lebih lanjut, dia punya trauma masa kecil, trus insomnia dan diperparah lagi dengan depresi dan stress. He repressed a lot of things. Sayangnya drama ini sama sekali gak ngebahas gimana Ling Xiao menghadapi hal-hal di atas. Penyembuhannya gimana? Gak cukup dengan minum obat dong, dia harus melawan traumanya, nyari akar dari depresi/stresnya, trus dengan berani melawan akar permasalahan itu. Gak ada sama sekali hal ini dibahas *deepsigh
Bukan cuman Ling Xiao, Chen Ting clearly not in good condition either. Her PTSD didn't get the treatment it deserved. Dampaknya? She being such a shitty mom. She is so wrap up in her misery that she didn't notice her children need love and attention. Akhirnya Cheng Zhi tumbuh menjadi anak yang kasar, arogan dan gak ada hormat sama sekali ke yang lebih tua, kenapa? Karena dia gak punya mama yang ngedidik dia. The whole family really need to see psychiatrist to be honest.
Terakhir, endingnya. Harusnya ada satu episode lagi. They can't end it like that. Masih banyak hal yang belum jelas, Ming Yue jadi ke Beijing kah? Gimana respon orang tua Tang Can ke pementasan pertama dia? Akankah mereka luluh dan ngebiarin Tang Can di jalur itu? Trus gimana hubungan Jian Jiang-Ling Xiao-Zi Qiu setelah 'hal itu' terjadi? Adakah yang berubah atau semuanya masih tetap sama? They end it abruptly, should've add one more episode to explain and tie the loose ends.
Akhir kata, cuman mau bilang drama ini gak disarankan buat orang-orang yang mau lari dari kenyataan cause it has everything you need to escape from. Untuk anak perantauan, watch out! This drama will make you miss your parents even more. Tapi kalo masih bebal dan tetap pengen nonton, sedia tisssue banyak-banyak, it will useful to wipe your tears and snot 😂😂 Untuk orang-orang yang lagi baek-baek aja hidupnya, (tf that mean?) this drama should be on your watch list!!! Iya, sebagus itu dramanya, cobain nontoh deh 😄
Comments
Post a Comment